Sore ini saya bertemu dengan seorang teman. Namanya Abdi
Putra Yasibang. Ia adalah seorang apoteker lulusan sebuah universitas ternama
di Yogyakarta. Saya biasa memanggilnya
Abdi. Abdi merupakan orang asli Luwuk yang cerdas. Ia tak banyak bicara, punya
kemampuan analisa yang tajam dan sistematis, pintar berorasi, dan pemilihan
kata-katanya ketika berbicara sangat baik dan santun. Mungkin karena sejak mudanya
ia rajin berorganisasi dan berada dalam lingkungan Yogya yang terkenal dengan
kehalusan tata kramanya.
Acara aksi Munasharah Palestina baru saja akan dimulai. Saya
dan beberapa peserta lainnya, termasuk Abdi, masih duduk-duduk di teras Masjid
Muttahidah sambil menunggu peserta lainnya datang. Di sela-sela penantian, saya
dan Abdi mengobrol tentang rencananya mengirimkan tulisan ke Luwuk Post namun
masih urung karena ketiadaan ide. Saya lalu menawarinya beberapa topik dan
menyarankannya untuk berlepas diri dari model tulisan yang ribet dan berat. Cukup
buat tulisan-tulisan ringan seputar kota Luwuk dan problematikanya saja,
sekaligus menawarkan solusi dari problematika yang ada itu.
Saya memberi contoh saat dua tulisan saya tentang
perpustakaan daerah tempo hari dimuat oleh Luwuk Post. Keesokan harinya setelah
tulisan itu dimuat, Luwuk Post menampilkan berita tentang perkembangan kegiatan
Perpustakaan Daerah semisal pendataan dan pembelian buku-buku baru. Munculnya
berita tentang Perpustakaan Daerah paska tulisan saya dimuat seolah menyiratkan
pesan bahwa tulisan cupu saya tempo hari itu mungkin dibaca oleh pejabat
terkait sehingga mereka merasa perlu membuktikan keraguan saya melalui rilis
berita di koran lokal yang juga perpanjangan dari Jawa Pos itu.
Di antara beberapa rekomendasi yang saya berikan kepadanya
ialah, tentang sebuah komunitas kecil yang sedang saya gagas bersama beberapa
teman lainnya dimana komunitas ini memiliki concern terhadap humaniora Luwuk
serta sejarah remeh-temeh yang mengiringi tumbuh-kembang kota ini dari masa ke
masa. Kekhawatiran akan abainya generasi muda Luwuk untuk menggali sejarah
daerah yang turut membangun identitas mereka sampai detik ini menjadi salah
satu pertimbangan saya. Pertimbangan yang sangat naif, sebenarnya.
Abdi menyimak kata-kata saya dengan seksama dan dia tampak
sangat tertarik karenanya. Saat obrolan kami berakhir, ia menyatakan kesiapan
dirinya untuk bergabung ke dalam tim kecil itu dan menunggu kabar lanjutan dari
saya. Saya berkata kepadanya bahwa pertemuan lanjutan akan diadakan setelah
urusan capres ini selesai dan karenanya ada waktu yang agak sedikit luang yang
dapat dimanfaatkan.
Semoga ke depannya urusan ini bisa mencapai titik terangnya.
[historialuwuk]
Kilongan, Juli 2014
0 komentar:
Posting Komentar